Kupas Tuntas Tentang Manajemen Rantai Pasokan

Manajemen rantai pasokan atau kadang disebut juga Supply Chain Manajemen (SCM) adalah rangkaian proses pengelolaan sekaligus pengawasan rantai siklus. SCM sudah biasa dikenal dalam industri manufaktur.

Karena proses ini melibatkan alur proses bahan mentah hingga menjadi bahan jadi dan sampai pada konsumen. Berikut serba-serbi tentang SCM

Pengertian Manajemen Rantai Pasokan (SCM) Menurut Para Ahli

Terdapat beberapa ahli di bidang manajemen yang mendefinisikan tentang SCM ini. Masing-masing mengemukakan pendapat yang berbeda namun punya makna yang hampir sama. Berikut uraian selengkapnya

Chase, Aquilano, dan Jacobs

Ketiga pakar manajemen tersebut berpendapat sama tentang SCM. Menurut mereka penerapan pendekatan secara total membutuhkan sebuah alur sistem (SCM).

Hal ini dilakukan untuk pengelolaan seluruh aliran informasi, sekaligus jasa dari bahan baku yang dimiliki pabrik atau gudang. Hingga akhirnya sampai ke tangan konsumen.

James A. dan Mona J. Fitzsimmons

Keduanya berpendapat jika SCM yaitu sebuah sistem pendekatan total. Di mana sistem tersebut bertujuan untuk mengantarkan produk pada konsumen akhir.

Dalam prosesnya, kegiatan tersebut turut digunakan teknologi informasi untuk mengkoordinasikan elemen-elemen suplay chain. Mulai dari tingkat pemasok hingga sampai pada pengecer.

Russel Dan Taylor

Russel dan Taylor, pun tidak ketinggalan mengungkapkan pendapatnya tentang SCM. Mereka menyebutkan jika SCM merupakan sebuah alur proses pengelolaan arus informasi produk dan layanan. Semua proses tersebut berlaku untuk seluruh jaringan. Jaringan tersebut mulai dari customer, perusahaan, hingga sampai pada pemasok.

Komponen Manajemen Rantai Pasokan

Setelah tahu tentang apa itu SCM menurut para ahli, selanjutnya bisa dibahas mengenai komponennya. Setidaknya ada 3 komponen SCM yang bisa diketahui. Simak penjelasan masing-masing komponennya di bawah ini

Upstream Supply Chain

Salah satu komponen SCM yang pertama ini berfokus untuk mengurus hubungan antara perusahaan dengan vendor atau bisa dikatakan pihak lain. Hubungan ini berkaitan dengan hal transfer barang.

Intinya barang yang diproduksi tidak bisa langsung sampai ke tangan konsumen. Namun harus melalui perantara atau penyalur lainnya.

Misalnya produk elektonik yang diproduksi oleh sebuah perusahaan. Tidak mungkin barang ini dapat langsung sampai ke tangan konsumen. Namun, barang ini akan dikirimkan dahulu oleh produsen pada supplier-suplier terpilih.

Downstream Supply Chain

Lain dengan komponen sebelumnya, downstream supply chain ini malah kebalikannya. Pihak manajemen barang akan langsung mengurusi transfer barang untuk sampai ke tangan konsumen. Tanpa melalui atau campur tangan pihak supplier dahulu.

Untuk lebih jelasnya, contoh komponen SCM seperti ini misalnya pabrik mebel. Pihaknya akan membuat produk sesuai pesanan konsumen. Jadi barang dapat langsung sampai ke tangan konsumen atau dalam hal ini pemesan.

Internal Supply Chain

Berbeda dengan 2 komponen sebelumnya, Internal Supply Chain ini lebih berfokus pada aktifitas pemasukan barang. Aktifitas yang dimaksud adalah mulai dari manajemen produksi, kegiatan pabrikasi, maupun controlling ketersediaan bahan baku.

Proses Manajemen Rantai Pasokan (SCM)

Dalam SCM juga terdapat proses yang saling berhubungan. Ada sekitar 6 point proses yang masing-masing berhubungan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam SCM. Berikut penjelasan untuk tiap-tiap pointnya:

1. Pelanggan

Pelanggan bisa dikatakan merupakan mata rantai pertama dari proses SCM. Apalagi untuk perusahaan yang berbasis OEM / Original Equipment Manufacturer, dimana pelangganlah yang menentukan order. Jadi pelanggan akan memesan produk yang diinginkan dengan terlebih dahulu menghubungi bagian penjualan.

Pada umumnya, pelanggan tersebut akan menyebutkan hal-hal terperinci seputar produk yang akan dipesan oleh mereka. Misalnya kapan produk akan dikirimkan, atau berapa jumlah produk yang ingin dipesan.

2. Perencanaan

Selanjutnya, tugas akan diambil alih oleh bagian perencanaan. Jadi bagian perencanaan akan mulai mempersiapkan proses produksi barang yang diinginkan oleh pelanggan. Mereka akan menghitung perkiraan bahan mentah yang akan dibeli. Termasuk juga bahan-bahan pendukungnya.

3. Pembelian

Selesai bagian perencanaan, proses selanjutnya diteruskan oleh bagian pembelian. Dari data yang diperoleh bagian perencanaan, terkait berapa jumlah bahan mentah maupun bahan pendukungnya bagian pembelian akan mulai merealisasikannya.

Tugas mereka yaitu melakukan pemesanan bahan-bahan tersebut. Tidak lupa juga mereka akan menentukan berapa tanggal penerimaan bahannya.

4. Persediaan

Sampai pada akhirnya bahan sudah sampai ke pabrik proses diteruskan oleh bagian persediaan. Setelah diterima semua secara lengkap di pabrik, bagian persediaan akan melakukan pengecekan kualitas serta ketepatan jumlah bahan apakah sudah sesuai dengan yang dipesan. Lantas, bahan tersebut tidak langsung digunakan untuk produksi, melainkan disimpan dulu di gudang.

5. Produksi

Jika sudah waktunya, barang dibuat maka proses akan dilanjutkan oleh bagian produksi. Mereka akan menggunakan bahan mentah serta bahan pendukung yang sudah dibeli tadi, untuk menghasilkan barang jadi. Barang jadi ini tentu saja sesuai dengan pesanan pelanggan sebelumnya.

Saat barang jadi sudah siap, jika belum waktunya dikirimkan ke pelanggan maka bisa disimpan dahulu di gudang. Hingga waktu pengiriman tiba, baru barang jadi tersebut diproses untuk sampai ke tangan konsumen.

6. Transportasi

Proses terakhir akan diselesaikan oleh pihak departemen pengiriman (Shipping Departemen). Bagian ini akan mengatur kapan waktu keberangkatan barang jadi yang sebelumnya sudah disimpan dalam gudang.

Yang paling penting adalah waktu pengiriman ini harus disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Tidak kurang atau lebih karena mempengaruhi kepuasan konsumen.

Baca Juga: Manajemen Sumber Daya Manusia dan Praktiknya di Perusahaan

Permasalahan Pada Penerapan Manajemen Rantai Pasokan

Dalam implementasinya, bukan berarti SCM ini tidak ada kendala. Justru ada beberapa hal yang perlu tindakan pengendalian khusus. Misalnya saja harus mengetahui dengan benar wilayah jaringan distribusi.

Mulai dari jumlah, dimana lokasi supplier berada, fasilitas produksi apa saja yang ada, pusat wilayah distribusi, letak gudang hingga pelanggan sendiri.

Supaya proses distribusi dapat berjalan dengan cepat, SCM butuh sistem informasi yang mudah untuk saling diintegrasikan. Hal ini karena mereka harus membagi informasi dengan cepat seputar harga, inventaris, serta transportasi yang menjadi akomodasi.

Selain itu juga mengurus syarat pembayaran produk hingga metodologi apa yang digunakan.

Bidang SCM ini sangat sibuk, karena tugasnya yang cukup kompleks serta dibutuhkan kecepatan waktu. Mereka harus mengatur arus informasi dapat tersebar dengan cepat dengan integrasi yang tepat. Hal ini dilakukan agar stok barang tidak sampai kekurangan atau malah kelebihan.

Itulah sekilas serba-serbi tentang manajemen rantai pasokan/SCM. Mulai dari pengertian dari para ahli, komponen, proses, hingga permasalahan yang terjadi saat pengimplementasiannya. SCM ini dapat diterapkan di bisnis yang sedang dikembangkan. Sistem distribusi yang rapi dengan penerapan SCM ini akan membuat bisnis lebih bisa berjalan dengan baik tentunya.

Header image: Pixabay

Check Also

konsep jualan pakai mobil

5 Usaha dengan Konsep Jualan Pakai Mobil Agar Semakin Unik

Konsep jualan pakai mobil sebenarnya bukan hal baru dalam dunia usaha. Sudah banyak produk yang …