8 Resiko Investasi Properti yang Harus Dipahami

Resiko Investasi Properti

Investasi menjadi pilihan dalam mendapatkan penghasilan tambahan mengingat potensi keuntungannya yang sangat besar. Ada banyak pilihan investasi seperti investasi properti yang juga cukup sering dipilih oleh masyarakat Indonesia. Seiring dengan tingginya potensi keuntungan, ada juga resiko investasi properti yang perlu dihadapi.

Beberapa tahun belakangan, kenaikan harga properti turut menggenjot ranah investasi ini yang menjadikannya semakin populer. Seperti investasi lainnya, sebelum memulai sebaiknya pikirkan dengan cermat terlebih dahulu bagaimana meletakkan dan mengelola aset investasi. Saat hendak memulai, sebaiknya pahami resiko investasi properti berikut ini:

1. Likuiditas Rendah

Instrumen investasi memiliki sesuatu penentu keuntungan yang disebut dengan nama likuiditas termasuk dalam investasi properti ini. Ketika likuiditas instrument mengalami kenaikan maka keuntungan yang akan didapatkan juga semakin meningkat. Likuiditas sendiri merupakan seberapa mudahnya sebuah instrumen untuk ditukarkan dengan uang.

Untuk properti sendiri, tingkat likuiditasnya sangat rendah karena harus menunggu seorang pembeli terlebih dahulu. Inilah yang menjadikan banyak sekali aset dari investor sering mengendap pada beberapa instrumen yang sudah dibeli.

2. Beban Perawatan

Sebuah properti yang dimiliki seseorang atau perusahaan tidak boleh hanya terfokus pada keuntungan saja. Ada beban biaya perawatan yang harus ditanggung mengingat meskipun tidak terjual atau terpakai, pemilik harus memastikan properti punya kondisi baik.

Setiap waktu, akan selalu ada biaya perawatan yang diperlukan jadi pengeluaran tidak hanya di awal saja untuk pembelian. Ada juga biaya tambahan misalnya untuk merawat sebuah bangunan supaya nantinya biaya sewa tidak menurun bahkan bisa meningkat.

3. Investasi Padat Modal

Investasi di bidang properti bukan merupakan investasi yang bisa dimulai oleh semua orang apalagi jika melihat kebutuhan modal.  Jenis investasi ini dikategorikan ke dalam investasi dengan sifat padat modal.

Hal ini karena ketika melihat modal yang diperlukan, biasanya kebutuhan modal akan sangat besar untuk memulainya. Selain itu, ada juga prinsip dimana pihak dengan modal yang lebih besar memiliki keuntungan relatif yang akan lebih besar pula.

4. Keterjangkauan Investasi

Berbeda dengan investasi yang lain, harga di properti sendiri lebih mencerminkan secara langsung bagaimana kondisi permintaan dan penawaran. Harga yang dipatok untuk sebuah properti secara langsung dengan melihat bagaimana pasar lokal dan juga tren yang berlangsung.

Perbedaan utama dalam investasi saham dan properti terletak pada keterjangkauan atau affordability ini. Di saham sendiri, setiap transaksi umumnya dilakukan secara tunai langsung sedangkan di properti bisa melibatkan pembiayaan pihak lain. Resiko investasi properti semakin meningkat karena ada banyak pihak yang campur tangan di dalam transaksi.

5. Biaya Transaksi Cukup Tinggi

Investasi properti juga punya biaya transaksi yang cukup tinggi dan bisa beresiko terhadap keuntungan yang diperoleh. Biaya transaksinya saja sudah bisa menghabiskan biaya lebih tinggi jika dibandingkan dengan investasi di bidang lain.

Misalnya saja pada transaksi pembelian dan penjualan dimana ada pajak yang harus ditanggung masing-masing oleh penjual dan pembeli. Keduanya akan mendapatkan pajak sebesar 5% secara langsung oleh negara yang membuat beban pembayaran semakin meningkat.

6. Butuh Waktu Lama

Ketika hendak membeli sebuah properti selalu ada beragam faktor yang menjadi pertimbangan dan memang tidak bisa dalam waktu singkat. Sebuah properti bisa terjual biasanya tidak hanya dalam hitungan minggu atau bulan, transaksinya memerlukan banyak pertimbangan.

Inilah yang menjadikan properti bersifat likuiditasnya rendah karena sulitnya terjual dan dicairkan dalam bentuk uang. Saat mencari properti seseorang mungkin akan membandingkan sekitar 100 properti lalu kemudian hanya akan memilih satu yang terbaik.

7. Penyusutan Bangunan

Dalam properti, harga dari sebidang tanah memang akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan yang ada dan ketersediaan yang tetap. Tetapi ada resiko terkait dengan bangunan yang berdiri di atas sebuah bidang tanah tersebut.

Bangunan sendiri memiliki umur dalam kelayakan untuk digunakan, tidak bisa berumur panjang seperti halnya tanah. Bergantung dari kualitas infrastruktur dan fungsinya, umur bangunan hanya berkisar antara 20-40 tahun dan bisa mengalami penurunan harga.

8. Kemungkinan Rusak Saat Bencana

Bencana alam adalah resiko tersendiri bagi bidang properti mengingat hal ini tidak menjadi resiko investasi di bidang lain. Ketika terjadi bencana seperti gempa atau banjir, ada kemungkinan bangunan properti menjadi rusak. Indonesia sendiri merupakan wilayah yang sebenarnya rawan bencana jadi resiko ini cukup besar bagi para investor properti di sini.

Meski terlihat menakutkan sebenarnya resiko ini bisa ditanggulangi dengan mendaftarkan properti ke dalam asuransi tersendiri. Hal ini membuat ketika terjadi bencana, masih ada biaya yang didapat dari pembayaran asuransi meski memang memerlukan tambahan modal.

Itulah beberapa resiko investasi properti yang dihadapi oleh seluruh pebisnis properti baik yang sudah mahir maupun para ahli. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi, lakukan analisis mendalam terlebih dahulu terhadap properti yang hendak dibeli. Memang ada keuntungan yang menjanjikan dalam bisnis ini tetapi lebih baik pahami juga resikonya.

Check Also

Apa Itu Sukuk Ritel

Mengenal Apa Itu Sukuk Ritel Dan Bagaimana Cara Investasinya

Salah satu bentuk dari surat berharga syariah negara yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah Republik Indonesia …